Penggabungan LSI dan LPI
Kamis, 23 Juni 2011
0
comments
Penggabungan LSI dan LPI - Karut marutnya kepengurusan sebuah organisasi pasti berimbas pada pembinaan dan prestasi apa pun yang diwadahinya, tak terkecuali gonjang-ganjing kepengurusan PSSI yang hingga kini masih terus berkepanjangan dan belum ada titik temu.
Tidak bisa diingkari ataupun dipungkiri kepemimpinan seseorang juga berpengaruh besar terhadap organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Karena kekisruhan yang tidak kunjung tuntas dan kepengurusan PSSI lama di bawah kendali Nurdin Halid dianggap tak mampu menyelesaikan persoalan internal, maka FIFA-pun harus turun tangan.
Agum Gumelar, mantan Ketua Umum PSSI sebelum Nurdin Halid yang ditunjuk FIFA untuk menuntaskan persoalan yang mendera PSSI melalui Komite Normalisasi yang beranggotakan tujuh orang dari beberapa klub dan PT Liga Indonesia (LI).
"Kami berharap karut marutnya PSSI ini segera tuntas, agar persepakbolaan nasional bisa segera bangkit dan berprestasi kembali tanpa dipusingkan dengan persoalan yang melilit PSSI, termasuk dua kompetisi yang saat ini bergulir yakni Liga Super Indonesia (LSI) di bawah naungan PSSI dan Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas oleh pengusaha Arifin Panigoro melalui konsorsium," kata manajer Persema Asmuri belum lama ini.
Hanya saja, katanya, pihaknya masih belum bisa menentukan sikap, apalagi yang berkaitan dengan kompetisi LPI. "Kami lebih baik menunggu saja," tegas mantan anggota DPRD kota Malang itu.
Senada dengan Asmuri, CEO PT Singosari Sakti Persema Didied Poernawan Affandi juga bersikap menunggu dari hasil kongres PSSI yang kini ditangani oleh Tim Komite Normalisasi yang diketuai oleh Agum Gumelar.
"Soal hak suara dalam kongres kita juga masih menunggu, meski kabar-kabarnya sanksi terhadap Persema sudah diputihkan," ujarnya dosen Universitas Brawijaya (UB) tersebut.
Sedangkan untuk kelanjutan dan kelangsungan kompetisi LPI, tegas Didied, dirinya juga masih menunggu dari hasil kongres PSSI yang rencananya di gelar bulan depan (Mei) di Surabaya atau daerah lain yang masih dalam wilayah Jawa Timur.
Ia mengakui, pihaknya belum berani mengambil kebijakan atau sikap apapun terkait kelangsungan kompetisi LPI, sebab ada kemungkinan kompetisi LPI bakal digabung (dilebur) dengan LSI di bawah naungan PSSI. Kemungkinan lainnya bisa saja LPI dibubarkan (dihentikan).
Kondisi dan adanya dua kemungkinan itu, kata Didied, yang membuat manajemen bersikap lebih hati-hati dan tidak gegabah."Yang pasti sebelum ada keputusan apapun Persema tetap akan melanjutkan kompetisi di ajang LPI," tegasnya.
Pada awal kompetisi LSI Persema bersama dua klub yang kini bergabung dengan LPI, yakni PSM Makasar dan Persibo Bojonegoro masih tetap menjalani pertandingan sebagaimana biasa. Namun, setelah pertandingan kelima baik Persema maupun dua klub lainnya memilih bergabung dengan LPI karena merasa selalu dikerjai dan dicurangi wasit ketika berlaga.
Selain itu, alasan lainnya Persema bergabung dengan LPI karena konsep LPI dinilai lebih baik dan menjanjikan bagi iklim persepakbolaan di Tanah Air pada tahun-tahun mendatang. Apalagi, klub yang bergabung dengan LPI dikucuri dana awal senilai miliaran rupiah.
Jika Persema tetap kukuh untuk melanjutkan kompetisi yang digelar konsorsium LPI, tim asal Malang lainnya, yakni Arema Indonesia juga tidak goyah dengan keputusannya untuk tetap berkiprah di ajang LSI dan Liga Champions Asia (LCA) yang berskala internasional.
Pada awal-awal digulirkannya kompetisi LPI yang diluncurkan di Stadion Manahan Solo beberapa waktu lalu, Arema sempat menjadi "rebutan" antara LSI dan LPI yang sama-sama mengklaim sebagai penyelenggara klub profesional, bahkan iming-iming dana sebesar Rp20 miliar dari konsorsium LPI juga tak menggoyahkan manajemen Arema untuk menyeberang ke LPI.
"Kami tetap konsekuen dan berkomitmen untuk tetap berlaga di ajang LSI, apapun kondisinya. Kami juga ingin merasakan atmosfir persepakbolaan skala internasional, meski hanya dilingkup Asia, sehingga kami lebih memilih tetap menjalani kompetisi LSI ketimbang LPI," tegas pelaksana harian Arema Indonesia Abriadi Muhara kala itu.
Sampai saat ini Arema Indonesia kukuh berkiprah di ajang LSI dan Persema juga tetap bertahan di ajang LPI. Satu klub asal Kabupaten Malang yang masih bertahan menjalani kompetisi di bawah naungan PSSI adalah Persekam Metro FC yang berlaga di ajang Divisi Utama PSSI.
LSI-LPI digabung?
Kekhawatiran manajemen klub LPI akan hasil kongres PSSI Mei mendatang yang tidak sesuai harapan sama sekali tidak menyurutkan niat Ketua Umum Persema Peni Suparto untuk tetap bertahan di kompetisi yang digagas Arifin Panigoro tersebut, bahkan ia mengaku tunduk terhadap keputusan pemerintah.
"Meski saya sebagai ketua umum Persema, tapi saya juga aparat pemerintahan yang harus tunduk terhadap kebijakan dan keputusan pemerintah, termasuk dalam hal persepakbolaan. Sehingga, tidak ada yang bisa membuat saya berpaling dari LPI," tegasnya.
Berbeda dengan Peni yang tetap kukuh bersama LPI, meski belum ada keputusan dari hasil kongres PSSI bulan depan. CEO PT Singosari Sakti Persema justru menyimpan harapan agar kompetisi LPI dan LSI bisa digabung dan dilebur di bawah naungan PSSI baru.
Menurut dia, apapun hasil kongres PSSI dalam menyikapi dua kompetisi yang saat ini sedang berlangsung, akan lebih baik LPI tetap dibiarkan dan menyelesaikan kompetisinya hingga tuntas dan ada beberapa klub yang nantinya tetap terdegradasi dan ada klub yang lolos untuk bergabung dengan liga yang baru periode (tahun) berikutnya.
Demikian juga dengan LSI yang kini juga sedang berlangsung, ada beberapa klub yang terdegradasi dan ada beberapa klub yang bertahan untuk mengikuti kompetisi paling bergengsi di Tanah Air. Apapun namanya kompetisi tahun depan tetap suatu gabungan dari klub-klub yang ada di LSI dan LPI.
Hanya saja, katanya, yang menjadi pemikiran saat ini adalah klub-klub yang dari LSI yang selama ini didanai dari APBD. Untuk menuju profesional harus lepas dari APBD, sehingga pakah klub-klub itu mampu bertahan.
Ia mengakui, dari sekian banyak klub yang berlaga di LSI hanya ada beberapa yang benar-benar sudah mandiri dan tidak bergantung pada APBD, seperti Arema Indonesia dan Pelita Jaya Karawang.
Menanggapi usulan adanya penggabungan (peleburan) kompetisi LSI dan LPI pada musim kompetisi tahun berikutnya, pengamat bola yang juga Aremania Wahyudi secara tegas mengatakan, tidak bisa seperti itu (digabung), sebab kompetisi yang digelar konsorsium LPI tersebut di luar naungan dan kendali PSSI.
Sehingga, tegasnya, kompetisi sepak bola yang digelar di luar PSSI apalagi dengan "embel-embel" profesional, itu ilegal dan tidak dibenarkan.
"Saya tahu klub-klub yang berlaga di LPI terutama yang sebelumnya bergabung dengan LSI itu adalah klub-klub yang kecewa denagn PSSI, tapi ya apa harus seperti itu?," tegasnya.
Ia mengakui, dirinya dan sebagian besar rakyat Indonesia sudah tidak menghendaki lagi Nurdin Halid untuk memimpin PSSI, tapi semua itu kan ada aturannya."Yang tidak diinginkan itu kan Nurdin Halid dan kroninya bukan PSSI-nya, kalau sudah terjadi kekisruhan, bahkan sampai harus ditangani FIFA kan lebih rumit," katanya menegaskan.
Persepakbolaan di Tanah Air, katanya, tidak akan pernah maju dan berprestasi jika dunia olah raga sudah disusupi dengan kepentingan-kepentingan politik yang tidak pernah berkesudahan, bahkan dunia olah raga dan prestasi yang menjadi korban.
"Sekarang yang perlu kita pikirkan bagaimana prestasi sepak bola dan olah raga lainnya itu bisa menembus dunia internasional, jangan hanya berkutat pada masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat, tidak berlarut-larut yang akhirnya juga menganggu konsentrasi kompetisi. Apalagi, sekarang dua kompetisi sepak bola (LPI dan LSI) ke depannya juga belum jelas nasibnya," tegasnya.