Kisah Pemerkosaan Gadis Muda Tragis
Sabtu, 31 Maret 2012
0
comments
Kisah Pemerkosaan Gadis Muda Tragis - Kematian tragis Amina Filali, remaja 16 tahun yang diduga bunuh diri usai dipaksa menikahi pemerkosanya, menimbulkan kemarahan di Maroko. Ratusan aktivis pembela hak asasi perempuan turun ke jalan Sabtu kemarin, meminta negara mereformasi UU Pidana yang mengatur tentang kasus pemerkosaan.
Para demonstran mengangkat poster bergambar almarhum Amina, membentangkan spanduk berhufuf Arab, sembari meneriakkan, "akhiri pernikahan paksa terhadap korban."
"Melalui UU ini, pemerkosaan menjadi sah," kaya Fouzia Assouli, ketua kelompok advokasi Liga Demokratik untuk Hak-hak Perempuan, seperti dimuat CNN, Minggu (18/3/2012).
Dia menambahkan, hukum di Maroko lebih membela "moral keluarga" daripada hak-hak individu seorang perempuan. "Kisah tragis Amina memberi kami kekuatan, untuk maju ke depan," tambah dia.
Amina Filali tewas mendadak di Larache, sebuah kota di barat laut Maroko. Ayahnya, Lahcen Filali mengatakan, korban sedang bersama suaminya saat tiba-tiba ia terjatuh di jalan dan mulai muntah-muntah. Saat ambulans tiba berusaha menyelamatkan, kata sang ayah, "sudah sangat terlambat."
Gadis malang itu meninggal beberapa jam setelah dibawa ke Rumah Sakit Larache.
Media milik pemerintah Maroko, MAP mengabarkan, ia diduga bunuh diri. Sementara, ayah korban kepada sebuah media Maroko, Hona Press mengatakan, putrinya menelan racun tikus setelah suaminya memukulinya dengan sadis.
Sang ayah mengaku ia tak menerima pernikahan paksa itu, namun sejumlah pihak -- istri, keluarga besar, dan pengadilan memaksanya dengan dalih menyelamatkan kehormatan keluarga. "Hakim memutuskan pelaku harus menikahi anak saya, aku tak kuasa menolak" kata Lahcen. "Sejujurnya, aku ingin mengirim pelaku ke penjara, dan menjaga anak saya hingga ia dewasa."
Di bawah UU Pidana Maroko pemerkosa terancam pidana 10 tahun bui, bisa dua kali lipat, menjadi 20 tahun jika korban adalah anak di bawah umur, wanita hamil, atau difable. Namun jika pelaku dan korban sepakat menikah, hukuman itu batal.
Menanggapi kasus ini, pemerintah Maroko menyelenggarakan rapat khusus untuk meninjau kasus ini. "Kami perlu mengkaji situasi ini secara mendalam, dengan kemungkinan meningkatkan hukuman bagi para pemerkosa sebagai bagian dari reformasi," kata Menteri Komunikasi, El Khalfi. "Kami tak bisa mengabaikan tragedi ini."
Para demonstran mengangkat poster bergambar almarhum Amina, membentangkan spanduk berhufuf Arab, sembari meneriakkan, "akhiri pernikahan paksa terhadap korban."
"Melalui UU ini, pemerkosaan menjadi sah," kaya Fouzia Assouli, ketua kelompok advokasi Liga Demokratik untuk Hak-hak Perempuan, seperti dimuat CNN, Minggu (18/3/2012).
Dia menambahkan, hukum di Maroko lebih membela "moral keluarga" daripada hak-hak individu seorang perempuan. "Kisah tragis Amina memberi kami kekuatan, untuk maju ke depan," tambah dia.
Amina Filali tewas mendadak di Larache, sebuah kota di barat laut Maroko. Ayahnya, Lahcen Filali mengatakan, korban sedang bersama suaminya saat tiba-tiba ia terjatuh di jalan dan mulai muntah-muntah. Saat ambulans tiba berusaha menyelamatkan, kata sang ayah, "sudah sangat terlambat."
Gadis malang itu meninggal beberapa jam setelah dibawa ke Rumah Sakit Larache.
Media milik pemerintah Maroko, MAP mengabarkan, ia diduga bunuh diri. Sementara, ayah korban kepada sebuah media Maroko, Hona Press mengatakan, putrinya menelan racun tikus setelah suaminya memukulinya dengan sadis.
Sang ayah mengaku ia tak menerima pernikahan paksa itu, namun sejumlah pihak -- istri, keluarga besar, dan pengadilan memaksanya dengan dalih menyelamatkan kehormatan keluarga. "Hakim memutuskan pelaku harus menikahi anak saya, aku tak kuasa menolak" kata Lahcen. "Sejujurnya, aku ingin mengirim pelaku ke penjara, dan menjaga anak saya hingga ia dewasa."
Di bawah UU Pidana Maroko pemerkosa terancam pidana 10 tahun bui, bisa dua kali lipat, menjadi 20 tahun jika korban adalah anak di bawah umur, wanita hamil, atau difable. Namun jika pelaku dan korban sepakat menikah, hukuman itu batal.
Menanggapi kasus ini, pemerintah Maroko menyelenggarakan rapat khusus untuk meninjau kasus ini. "Kami perlu mengkaji situasi ini secara mendalam, dengan kemungkinan meningkatkan hukuman bagi para pemerkosa sebagai bagian dari reformasi," kata Menteri Komunikasi, El Khalfi. "Kami tak bisa mengabaikan tragedi ini."